"Tengah". itu sebutan yang dikenal sehari-hari orang lebih mengenal dengan sebutan bandar Ular Nago ini,terletak antara Lolo dan Lempur-Gunung Raya, merupakan areal persawahan berhutan kayu berlahan gambut. Padi ditanam tidak tumbuh dengan baik. di tengah areal ini terdapat aliran sungai tempat ular nago bersemayam. Benarkah ?
Kawasan belum begitu berani tidak digarap masyarakat. Karena menyimpan unik bakal mendirikan bulu roma.Menurut cerita berkembang di masyarakat pada zaman silam hidup menyebar islam, dengan sebutan Ninek Muning. Aslinya, Indra Bangsawan syah. Dalam legenda itu diceritakan bahwa kawasan tengah adalah tempat tinggal para leluhur orang Lolo dan Lempur.
“Memang saya telah menembak burung ditengah itu kala itu. Hujan rinai senja namun burung punai menjadi incaran. Mengabiskan 5 peluru namun burung itu makin mendekat namun sasaran diarahkan, burung itu tidak kena dan takkan pernah kana kata” Razaman warga Pasar Kerman.
Karena burung yang jadi incaran tidak kena. Berhenti di bawah pohon, namun aneh di tengah hutan ada orang berpakaian hitam dengan mirip pakaian orang silat menghampiri. Ia mengaku bernama Simambang Tunggal menawarkan sebatang rokok daun aren.
“Saya harap Saudara jangan kaget dengan saya, saya Simambang Tunggal penghuni kawasan ini. Silakan merokok, ini rokok saya daun aren katanya menawarkan rokok daun aren itu.
Zaman mengakui ia telah ditunjukkan berbagai tempat hunian orang halus di tengah itu. Ada semacam tanah kuburan panjang. Ada lobang, ada tanaman obat-obatan.
“Ia menunjukkan kepada saya sebagai tempat di tangah. Ada tanah berbentuk kuburan. Ada tanaman obat-obatan. Akhirnya saya diberi bambu, berbentuk aur sekeping sebagai titipan tanda mata. Kini tersimpan di rumah saya “kata Zaman menerangkan titipan itu bisa berbunyi bagai anak ayam bila ada musibah menimpa kawasan Lolo sekitarnya.
Menurut Zaman yang diceritakan Simambang Tunggal kepadanya, Nenek orang Lolo semuanya telah bersemayam di Gunung Kunyit tidak beberapa jauh di Gunung Raya. Semuanya telah di sana.
“Kata Simambang Tunggal Nenek orang Lolo yang ada di Gunung Kunyit. Karena tempat dan areal bakal dijadikan sawah, hingga mereka transmigrasi. Karena tidak ingin mengganggu anak cucu”. Kata Zaman menerima pesan.
Keterangan Zaman ini dikuatkan oleh Rawei (60) warga Lolo Hilir. Menurutnya, ketika ia berada di tengah sawah merumput padi ia melihat benda bagaikan bola neon besar berkilau lewat dari tengah itu menuju Gunung Kunyit hingga cahaya bola itu mengecil dan menghilang.
“Saya melihat cahaya bagaikan bola neon besar yang menyilaukan mata, ketika itu diperkirakan jam 12 WIB siang, hingga saya kaget. Apo hal ini “kata Rawei penuh teka-teki.
Hingga malam hari Rawei bermimpi. Bola neon yang menyilaukan mata itu adalah para rombongan makhluk halus berpindah kawasan dengan berbagai peralatan dibawa.
“Dalam mimpi itu, saya melihat dengan jelas para makhluk tengah itu mengaku pindah dari kawasan tengah menuju Gunung Kunyit, seraya menitipkan pesan sampaikan pada anak cucu kami telah pindah ke Gunung Kunyit” kata mimpi aneh itu, setelah melihat lampu neon besar di siang hari.
lebih menarik lagi tengah ini ada peliharaan Nenek berupa tujuh ekor Naga. Ini terulang dalam legenda mistik sejarah Segindo Batinting dalam upaya menghanyutkan Pulau Sangkar-Tamiai.
“Naga yang paling ganas adalah Naga Treh dan Naga Sakti. Ini dipelihara karena pertentangan menghanyutkan Pulau Sangkar itu. Karena perebutan wilayah kekuasaan” kata Yapan, warga Lempur Mudik
Cerita berkembang di masyarakat meski naga ini tidak pernah menampakkan diri. Berbagai sumber di Gunung Raya menuturkan, bila mereka memancing di bandar Ula Nago ini, memang merasa keanehan karena sering kali saat memancing, senja tiba, ikan mengena. Sulit menemukan jalan pulang.
Anehnya ada saja tiang penghubung. Ketika berada di atas merasakan titian itu teras licin tanggung. Ketika sampai di seberang. Titian itu sudah tidak ada hingga membuat para pecandu mancing itu ngebut.
“Titian itu adalah Ular Nago, pelihara para leluhur, di duga bersemayam banda Ular Nago itu, namun tidak ada yang membahayakan anak cucu”. Kata supranatural Gunung Raya, Ahya.
Gajah ini sebesar Badak sumatera muncul mendadak dari permukaan air lingkat Kala senja tidak beberapa jauh dari areal tempat pemancingan di seberang batang air.
Saya melihat dengan mata telanjang gajah hino itu di senjo hari, kala hujan gerimis saya perhatikan ia menghembus nafasnya dengan semburan air bagaikan gerimis-gerimis kecil, hingga membuat saya lari terbirit-birit hingga demam tiga hari setelah menyaksikan “keajaiban itu” kata Hasan bengkel, warga Muaro Lolo itu.
Sementara itu di sebelah kanan, jalan ke Lempur, 100 meter sebelum PLN terdapat pula sumber mata air. Dinamai Mata Air Tujuh ini dipenuhi oleh Tujuh Makhluk Halus penjaga mata air.
Dalam ketarawangan mistik makhluk halus ini berbadan pendek. Perut buncit. Mata merah. Mulut miring ke kiri. Tangan dengan kuku memanjang. Mulut berhawa panas meraung bagaikan suara mengerang.
Menurut pengakuan, Rahim (40) warga Sekungkung yang tingggal tidak beberapa jauh dari kawasan ini memang mengaku ada penghuni. Karena katanya, bila mengambil air dimalam hari dan tengah merasakan geteran mendirikan bulu kuduk.
Keterangan ini dibenarkan, supranatural Gunung Raya, Ahya untuk mengambil di kawasan mata air tujuh ini jangan mengambil di tengah hari jam 12.00 siang, misalnya itu tidak boleh.
“Karena jam 12.00 siang anak jin yang ada di mata air tujuh ini turun mandi, hingga bila mereka fatal akibatnya”. Kata Ahya sembari berharap ambil air usai jam itu.
Pengakuan ini dibenarkan pula oleh, Ali warga Jangkat beberapa tahun silam. Kala itu ia melemparkan kayu dari atas perbukitan, hingga tepat sasaran mata air, malam bermimpi. Ia didatangi makhluk halus perut buncit, mata merah, ia meminta untuk tidak mengganggu tempat bersemayamnya.
“Saya, memang didatangi oleh mahkluk halus setelah melemparkan sepotong kayu. Saya tidak tahu itu tempatnya. Saya minta maaf, namun untung saya tidak dipukuli mahkluk menyeramkan itu”. Kata Ali.
Cerita berkembang sebelum nenek Muning wafat. Ia meninggalkan pusaka berupa Sorban dan Tongkat. Tongkatnya diyakini masyarakat menjadi Ular Nago, barang siapa yang berhasil menemukan sorban yang terbenam di “ Tengah ” maka ia dapat mencapai Mekkah.Sedangkan jalan ular nago itu. Yang sekarang telah menjadi Bandar aliran air sawah masyarakat. Sampai sekarang masyarakat mengenal tengah dengan sebutan Bandar Ular Nago.
No comments:
Post a Comment