Historis Lempur
Menyusuri alam Gunung Raya. Yang akrab dengan cerita rakyat dan mithos serta sikap kesatria tertuang dalam cerita Adat lamo pusako usang. Yang tumbuh dan berkembang dalam kehidupan masyarakat Adat telah pula menjadi pemersatu dan perekat yang sangat kuat dalam sendi-sendi kehidupan masyarakat. Ditengah era modern dan canggih saat ini.
Lempur Mudik. Gunung Raya, adalah Salah satu desa. Yang tiap tahunya mengelar Kenduri adat. Daerah yang bernama Lempur. Asal kata dari Lumpur. Yang berarti Tanah Payo. Padi ditanam tidak tumbuh dengan baik. Karena lahan basah bergambut.
Lempur terdapat beberapa pecahan desa. Lempur tengah, Lempur Hilir, Dusun baru. Pucuk negeri awal Lempur ini dilihat dari pendirian desa tertua, yang masih menyimpan kesan tua adalah Lempur tengah. Terlihat dengan masih adanya bangunan tua. Bangunan tua itu berupa, Rumah-rumah larik panjang dengan ukiran-ukiran yang memikat. Pada Masjid Kuno lempur tengah yang telah direhabilitasi purbakala.
Lempur tengah menurut sejarah, adalah orang migran dari Pulau Sangkar. Jumlah mereka
Hamdani hamid, Mantan Depati Agung. Yapan, Gelar Sigindo Batinting dan Dahril Namis gelar Depati panjang Rambut. Tiga tokoh ini mengakui asal muasal orang Lempur adalah dari Pulau Sangkar. Mereka telah berkembang biak. Pada mulanya. Negeri di Renah
Menurut Yapan, Perpindahan orang Pulau Sangkar ke Lempur. Karena masalah Intern anak jantan dan anak batino. Dalam legenda sejarah dipaparkan, seorang raja Sigindo sakti dengan Sigindo Batinting dari Jawa Mataram menikah di Tamia melahirkan seorang anak dengan nama Raden Serdang dengan gelar Depati Muara Langkap.
Setelah berkeluarga mereka mencari negeri baru. Mereka mendapatkan kawasan Renah
Yang tinggal di Tamia adalah Menantu Sigindo Sakti, Tiang Bungkuk manduko Rajo. Sesampai Raden Serdang di Muko-Muko timbul masalah. Karena pengambilan tanah ulayat tanpa permisi.
Maka muncullah gugatan oleh Sigindo Batinting, yang telah lama mendiami kawasan itu. Perseteruan ini memicu penghitungan wilayah pemerintahan oleh Sigindo Batinting.
Ia menghitung wilayah kerajaan dari wilayah Merangin hinga keserampas yaitu dari Betung Batakuk paradun kayu Embun hingga ke Bukit Persembahan.
Perseteruan ini menimbulkan masalah besar. Menurut Sigindo Batinting Apapun resiko, ia akan tetap menghadapi. Ia dicarilah perundingan dengan beberapa ketentuan diantaranya, yang mendiami wilayah Muko-Muko ini harus jadi rakyat Sigindo batinting. Karena dibawa kekuasaan SiGindo batinting .
Atas maklumat itu Sigindo Batinting kepada Sigindo Sakti diterima oleh Sigindo Sakti tanpa pindah wilayah. Hanya dengan syarat Sigindo Sakti jadi rakyat Sigindo Batinting.
Kehidupan yang damai. Beberapa tahun kemudian. Desa pulau Sangkar mengelar acara Kenduri Adat. Diundang Sigindo Batinting oleh oleh Sigindo Sakti melalui utusan.
Dalam mithos legenda ini. Menurut Yapan, Perintah membawa Kayu untuk perhelatan kenduri pusako. Maklum orang dulu memiliki kesaktian mandra guna. Ia membawa kayu besar, hinga sampai sekarang balai Pulau sangkar menjadi Miring. Karena Kayu yang dibawa dan diletak di balai Desa itu.
Isterinya, membawa Daun, untuk membungkus nasi cara kenduri sko. Maka orang mengenal istilah “ daun nasi ibeak”( Nasi Bungkus) membuat balai desa itu penuh dengan dedaunan. Ini asal bungkusan nasi dari daun baru dan daun pisang.
“ Kemajuan daerah Lempur tidak terlepas dari asilmilasi budaya yang berkembang itu. Masing-masing pada Depati membawa pengaruh” Kata Dahril Namis.
Sedang enam di Lempur Mudik, Surnam Kasim, Depari Serampas,. Ismit Paguh Depati Naur. Hanapi Depati Kartau, Jaharuddin Depati Payung.Erikson Depati Karamo, Darman Johor, Depati Pulang Jawa. Enam Pulau Sangkar, H.Hasan Depati Talago. Hidayat, Depati Kerinci, H. Ahmad Nazi, depati Lubuk Mas.Juzir Depati Cahayo Negaro. Bandar Depatii Balingo
No comments:
Post a Comment